Masjid Larabanga merupakan masjid bersejarah berarsitektural Sudan di kampung Larabanga, Republik Ghana, Benua Afrika. Sebuah masjid tua terbuat dari lumpur khas benua Afrika yang masih eksis hingga kini. Masjid ini disebut sebut sebagai masjid tertua di Ghana dan kawasan Afrika Barat. masjid ini juga disebut sebut sebagai Mekahnya Afrika barat karena kekayaan sejarah dan nilai arsitekturalnya.
Masjid Larabanga menjadi salah satu dari sekian banyak masjid masjid eksotis khas Afrika yang terbuat dari lumpur, menambah khasanah seni bina bangunan masjid di dunia Islam. Salah satu masjid dari lumpur lainnya juga pernah di ulas dalam artikel sebelumnya adalah Masjid Agung Djene yang juga terbuat dari lumpur.
Bagaimanapun pada ahirnya dibalik semua kesulitan pasti ada kemudahan. Saudara saudara kita di Afrika yang tidak memiliki kemudahan akses kepada material bangunan seperti kita di Indonesia dan negeri serantau, kemudian melahirkan satu mahakarya mereka sendiri yang begitu khas dengan memanfaatkan material yang mudah mereka dapatkan disekitar lingkungan mereka berupa lumpur dan potongan potongan kayu.
Ada beberapa kontoversi terkait kapan pastinya masjid ini pertama kali dibangun dan oleh siapa. Sejarah tutur menyebutkan bahwa masjid Larabanga dibangun pada tahun 1421M, disebutkan bahwa seorang saudagar muslim bernama Ayuba yang sedang dalam perjalanan di daerah tersebut tertitdur di tempat itu dan bermimpi mendapatkan perintah untuk mendirikan sebuah masjid. Ketika dia terbangun di pagi hari dia mendapati sudah ada pondasi masjid ditempat tersebut yang hadir secara misterius, maka Ayuba mulai melanjutkan pembangunan masjid diatas pondasi yung sudah ada tersebut sampai selesai.
Arsitektural
Ukuran masjid ini tak terlalu besar, bisa jadi hanya seukuran sebuah surau di Indonesia. Ukurannya hanya 8 x 8 meter. Namun nilai sejarahnya yang tinggi memasukkan masjid ini kedalam dalam daftar warisan dunia tahun 2001 dan juha masuk ke dalam daftar 100 situs dunia dalam bahaya versi the World Monuments Fund’s.
Masjid Kuno Larabanga dibangun dalam gaya masjid masjid Sudan Kuno dengan ciri khasnya berupa bentuknya yang segi empat, dilengkapi dengan kerangka struktur ataupun pilar pilar yang menopang atapnya. Sangat khas dengan dua menara kembar berbentuk piramida yang masing masing berfungsi sebagai menara dan mihrab masjid. Diramaikan lagi dengan beberapa pilar tambahan dengan puncak yang menjulang memberikan keragaman ketinggian pada atap masjid.
batangan kayu yang menonjol dari dinding dibelakang gadis cilik itu, selain
berfungsi sebagai penguat struktur dinding lumpur, juga dipakai sebagai
pijakan (tangga) oleh para pekerja saat membangun dan memperbaiki
masjid ini
Masjid Larabanga dibangun dengan menggunakan lumpur dan batangan batangan kayu. Didekat salah satu pintu masuk ke masjid ini berdiri kokoh sebatang pohon Baobab yang sangat besar dan tetap dipertahankan hingga kini. Dibawah pohon ini juga Ayuba kemudian dimakamkan saat beliau wafat. Masjid larabanga memiliki empat pintu masing masing untuk kepala kampung, untuk jemaan wanita, untuk jemaah pria dan untuk muazin yang akan mengumandangkan azan.
Di masjid ini juga terdapat sebuah kitab Suci Al-Qur’an yang konon dikirim dari surga untuk imam masjid Larabanga yang disebut Bramah sekitar tahun 1650M setelah berdoa untuk mendapatkan Al-qur’an.
Restorasi Masjid Larabanga
Di tahun 2002 lalu sebuah lembaga pemerhati warisan warisan tua dunia bernama World Monuments Fund menempatkan masjid ini dalam daftar World Monuments watch (warisan dunia yang butuh perhatian) karena terlah terjadi kerusakan pada masjid bersejarah ini sebagai akibat proses restorasi yang tidak semestinya pada tahun 1970. Masih merujuk kepada laporan lembaga tersebut, salah satu menara masjid yang terbuat dari lumpur ini juga ambruk akibat diterjang badai tahun 2000 lalu.
Proses restorasi total untuk mengembalikan masjid ini ke bentuknya semula telah dilaksanakan oleh World Monuments Fund atas dana dari lembaga keuangan Amerika Serikat ::: American Express ::: yang menyediakan dana sebesar $50,000 (lima puluh ribu dolar Amerika) untuk keperluan tersebut.
Proses restorasi total dilaksanakan dengan penuh kehatihatian dilakukan oleh lembaga tersebut bersama dengan para seniman dan pekerja setempat dengan menggunakan semua kemampuan dan pengetahuan tentang pembangunan dan perawatan bangunan yang terbuat dari lumpur.
berbagaisumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar